Sudah beberapa hari terakhir ini, aku selalu terbayang bayang dengan sosok orangtua yang kehilangan becaknya ketika mengangkat barang ke salah satu pasar di pulau jawa, dia kakek yang berusia kurang lebih 60 tahun. Kabar itu aku terbaca ku beberapa minggu yang lalu ketika sedang berselancar di rumah mbah google. Sebenarnya banyak artikel artikel menarik yang lebih berpotensi untuk meningkatkan pengetahuan umum lainnya, tapi ntah kenapa yang salah satu ini selalu tersirat di benak ku ketika aku sendiri, seakan akan Tuhan sedang mengajarkan aku untuk hidup lebih bersyukur dan lebih mengasihi sesama ku.
Yang lebih membuat hatiku miris adalah ketika si kakek kehilangan becaknya, dia tidak melapor ke polisi atau langsung menuju pusat ke securiti pasar tersebut, tetapi berjalan kaki sampai sore mencari becaknya dengan perut lapar, keletihan berjalan sambilbertanya berkeliling berkilo kilo meter jauhnya, bayangkan saja tubuh tua renta, sendal jepit berwarna hitam dan sudah menipis, aku yakin sendal itu bukan berwarna dasar hitam tetapi usang di makan waktu perjalanan kehidupan si kakek setiap hari untuk menghidupi kehidupan nya. Atau bahkan sandal itu adalah benda yang paling setia menemani perjalan si kakek. ya... aku yakin sekali.
Aku sempat memikirkan kenapa si kakek tidak melapor polisi atau pusat keamanan disana, dan mungkin anda juga setuju dengan ku,
- Si kakek terlalu cemas, galau dan takut sehingga tidak tau apa yang harus dilakukan.
- Si kakek tidak tau cara melapor, karena faktor pendidikan.
- Si kakek takut melapor ke Polisi atau ke pusat pengaman karena ujung ujungnya adalah duit, sedangkan kakek tidak punya duit sama sekali.
- Si kakek tidak memberitahu orang sekitar, karena takut Juragan nya tau jadi lebih baik di cari dahulu.
- Mungkin si kakek tidak terbiasa dengan mengeluh dan tidak bergantung dengan orang lain, sehingga dia lebih cenderung memakai tenaga untuk mencari dan itu mungkin saja terjadi, biasanya faktor sosial masyarakat mengajar kita hidup mandiri, kita tau hidup di negara kita, yang miskin semakin miskin dn tidak di hargai, yang kaya semakin kaya dan meraja lela. Dan Point inilah yang mengajarkan aku banyak hal. Si kakek hidup dalam kemiskinan dan dimasa tua bekerja keras tapi tidak mengeluh dan terus bersemangat di usia yang seharusnya menikmati hidupnya.
Si kakek menghapus air mata ketika sore itu dia bercerita tentang kehilangan becaknya, dia takut pulang karena Juragan nya menanyakan dimana becaknya, dia memegang kantong plastik hitam, celana pendek, bertopi menutupi kepalanya yang sudah beruban, sedikit badan membungkus kurus berbalut kulit menutupi tulang dan rongga badannya. Dia tidak fasih bahasa indonesia, si kakek yang berhati baja dan polos ini mengatakan kalau belum makan dari pagi hingga sore. Ketika di beri duit Rp 50.000,-, sejuta balasan terimakasih keluar dari mulut nya. Alangkah mirisnya hati ku melihatnya, ingin sekali ku peluk bapa ku dan mengucapkan berjuta juta terimakasih untuk pengorbanan nya mendidik aku hingga saat ini.
Saya tidak tau bagaimana latar belakang kakek ini, yang aku tau dia begitu mengubah hatiku dan pikiranku, kehidupan yang sederhana, hati yang polos dan pikiran yang tidak sama sekali tersirat negatif. Ketika aku melihat gambarnya, yang aku lihat bukan fisiknya, tetapi hati yang begitu polos, damai dan belas kasihan. Si kakek ini hidup bukan dengan materi dunia, tetapi hati yang dia tanam di bumi akan di tuai di Surga. Jika malam tiba, aku selalu terbayang wajahnya dan aku terbayang wajah bapa ku. Dan itu memulihkan hubungan ku dengan bapa ku.
Tuhan lah yang menopang hidup mu dan melepaskan beban mu.
2 komentar:
Sayangi Orang tuamu selagi mereka ada...karna kita akan menyesal ketika sudah tiada.
Postingan kali ini kk suka...dan kk segera meluncur ke TKP
Aku kan masi belajar menulis kak mul,jadi sedikit demi sedikit harus ada kemajuan. mudah mudahan aku bisa juga sebagus postingan kak mul.
dan itu karena kk sendiri yg bilang mulai belajar dan menulis yang positif. xie- xie mbak mul.
salam sukses.!!! he h ehe
Posting Komentar